Industri pusat data di Indonesia diperkirakan akan mengalami pertumbuhan signifikan pada tahun 2025, didorong oleh transformasi digital yang diprakarsai oleh pemerintah melalui program "Making Indonesia 4.0". Proyek ini bertujuan menjadikan Indonesia sebagai salah satu dari sepuluh ekonomi global teratas pada tahun 2030 melalui penerapan teknologi digital, yang pada gilirannya meningkatkan permintaan akan layanan pusat data.
Proyeksi menunjukkan bahwa sektor pusat data Indonesia akan tumbuh dengan tingkat pertumbuhan tahunan gabungan (CAGR) sebesar 14% dari tahun 2023 hingga 2028, dengan nilai pasar diperkirakan meningkat dari $2,06 miliar pada tahun 2023 menjadi $3,98 miliar pada tahun 2028. Pertumbuhan ini menarik penyedia layanan cloud internasional terkemuka seperti Amazon Web Services, Google, Microsoft, dan Alibaba untuk mendirikan pusat data di Indonesia.
Pada tahun 2025, industri pusat data diperkirakan akan mengalami beberapa tren utama yang dipengaruhi oleh kemajuan teknologi dan kebutuhan akan infrastruktur digital yang lebih efisien. Berikut adalah beberapa tren yang diperkirakan akan mendominasi industri pusat data pada tahun 2025:
Peningkatan Infrastruktur untuk Kecerdasan Buatan (AI): Permintaan komputasi yang tinggi untuk aplikasi AI, seperti pembelajaran mesin dan analisis data besar, mendorong pembangunan kampus pusat data besar yang mampu menangani beban kerja intensif. Proyek-proyek seperti yang dilakukan oleh Amazon di Virginia dan Microsoft di Kentucky menunjukkan investasi besar dalam infrastruktur ini.
Konsentrasi pada Keberlanjutan Energi: Dengan meningkatnya konsumsi energi oleh pusat data, terutama yang digunakan untuk aplikasi AI, ada dorongan kuat untuk mengadopsi sumber energi terbarukan dan teknologi pendinginan yang ramah lingkungan. Sistem pendinginan berkelanjutan, seperti pendinginan cair langsung dan pendinginan perendaman, menjadi fokus utama untuk mengurangi jejak karbon industri.
Peningkatan Regulasi dan Kepatuhan: Pemerintah di seluruh dunia semakin memperkenalkan regulasi yang ketat terkait efisiensi energi dan keberlanjutan untuk pusat data. Misalnya, revisi Direktif Efisiensi Energi Uni Eropa mewajibkan pemilik dan operator pusat data untuk melaporkan penggunaan energi dan air secara tahunan, yang memengaruhi operasional dan strategi investasi mereka.
Perkembangan Komputasi Edge: Untuk memenuhi kebutuhan latensi rendah dan pemrosesan data secara real-time, komputasi edge diperkirakan akan berkembang pesat. Pusat data yang lebih kecil dan terdistribusi akan dibangun lebih dekat dengan lokasi pengguna akhir, memungkinkan
Integrasi AI dan Otomatisasi dalam Operasional Pusat Data: Penerapan AI dan otomatisasi diharapkan dapat meningkatkan efisiensi operasional pusat data, termasuk dalam manajemen energi, pemeliharaan prediktif, dan pengelolaan beban kerja. Hal ini tidak hanya meningkatkan kinerja tetapi juga mengurangi biaya operasional.
Secara keseluruhan, tahun 2025 akan menjadi periode transformasi bagi industri pusat data, dengan fokus pada efisiensi energi, keberlanjutan, dan adaptasi terhadap kebutuhan teknologi yang terus berkembang.